CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

tata's photos

Jumat, 06 Februari 2009

Menikah atau sendiri???

tata

Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya
hidup pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka,
dalam untung dan malang , dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang
dinyatakan dalam janji pernikahan.
Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya kenyataan
itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood , sebagaimana
film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang diarungi
berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar adalah "Happy
End".

Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak kebebasan.
Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan keluarga kita.
Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi
sebatas apel di malam minggu, nonton ataw makan bersama yang mungkin cuma
makan waktu sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya.
Keterikatan itu menyangkut penyesuaian diri dengan seseorang yang bisa-bisa
selama 24 jam bersama-sama dengan kamu dan itu bukan main-main, untuk seumur
hidupmu!!
Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin
ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan
antara kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan,
kemudian kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak
perbedaan?
Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat dibutuhkan oleh
kedua belah pihak dalam rumah tangga.

Dan bukan itu saja, keterikatan itu termasuk perkawinan plus plus di
Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca: perkawinan plus plus)?
Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk dengan keluarga
suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu istilahnya.
Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali
pernikahan yang kita jalani.
Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, " Itu lho¡Ä Pak Ade, adik
dari
ipar saya¡Ä" Atau mungkin, " Itu keponakan dari mertua saya¡Ä"
Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti
ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan ¡Ä

Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan
semakin banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala
semakin banyak permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan,
pertengkaran tidaklah terjadi antarmereka, namun banyak kali dikarenakan
campur tangan dari pihak ketiga, keempat, bahkan kelima yang semakin
memperkeruh suasana.
Jadi, pasangan yang menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya
pandai-pandai memilah situasi, sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun itu adalah dari pihak
keluarga sendiri.

Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya
pasangan kita berada pada 'top performance' sebagaimana yang ditunjukkan
selama masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah 'dikejar' oleh
sang pria atau sebaliknya sang pria yang 'dikejar' wanita.
Perkawinan membawa seseorang ke tahap di mana harus menerima kalau
pasangannya tengah kelelahan selepas kerja dan mendengar celotehan yang
penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan pada saat itu karena
tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.

Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu
ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang
diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.

Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau
sedang 'kosong' sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa
saja yang kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau
nonton, mau jalan-jalan ke mana saja, mau pelayanan sana-sini, mungkin
tidak jadi masalah. Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang
pacar dan kemudian menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus dilakukan
penyesuaian di sana-sini dan tentunya saling toleransi antara satu dengan
yang lain.

Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak jarang
ada perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu saja
yang kita alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan
melajangnya dan melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok. Sementara
tidak jarang yang sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat lajang,
di mana kebebasan menjadi begitu berarti di mata mereka.
Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau¡Ä
Bagaimana mencari penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang kita
jalani pada saat ini, sebetulnya merupakan kunci permasalahan.

Pada akhirnya, saya menilai bahwa kehidupan perkawinan akan jadi sangat
menyenangkan bila:

Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/ agama,
strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal diarungi
bersama.
Menjalani cinta romantisme- denyut jantung yang berdetak semakin cepat saat
bertemu dengan si Dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh rasa
syukur namun tidak terbius olehnya. Sehingga tidak kecanduan akan cinta
romantis ini dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi cinta
realistis.
Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan tengah
menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah besar.
Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha menempatkan diri
pada posisi pasangan.
Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani
kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun!
Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini. Adalah sangat beruntung
apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah tangga adalah
orang yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah dengan sang
Pencipta. Karena banyak kali dalam kehidupan ini, kita mengalami kekecewaan
dengan pasangan kita. Mungkin yang paling sering mengecewakan kita adalah
pasangan kita, namun apabila kita punya relasi yang baik dengan Tuhan,
yakinlah bahwa kita akan dimampukan memaafkan dan mengasihi pasangan kita.
Namun, bila hanya salah satu pihak yang lebih dekat relasinya dengan Tuhan,
sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa merasakan cinta Tuhan secara
pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi pasangannya untuk
merasakan hal itu.

Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?

Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau
'complain'. Kalaupun ada 'complain' nyatakan kerinduan dan kegelisahan
hatimu kepada Tuhan.
Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak pernah
tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah. Tanggung jawab yang
lebih berat, juga masalah yang lebih besar. Ketika kamu menghadapi itu
semua, mungkin kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang tepat
untuk memberikan seseorang yang tepat pula untuk kamu.
Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang terbaik
untukmu, Dia tidak pernah lepas tangan! Dia dengan setia terus membimbing
agar kita siap mengalami semua perubahan yang terjadi. Dengan demikian,
sebagai seorang single, kita hidup dalam kepenuhan, dan kita mampu mengucap
syukur dengan kehidupan melajang itu. Dan ketika saatnya kamu harus menikah,
kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi atas kehidupan single yang sudah
kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil tanggung jawab akan kehidupan
berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada kamu.

Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani
kehidupan ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman
kita kepada Tuhan.
Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu!
Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita
lakukan pada saat ini.

2 komentar:

tata mengatakan...

bingung ne.

JSEC mengatakan...

Better 4 U 2 get married

followers